Minggu, 13 November 2011

Bupati Ngada Versus Selly Raga

FokusNTT, Bajawa-----Nyaris ricuh akibat massa simpatisan Bupati Ngada lakukan gerakan demonstrasi dan pengepungan ke rumah salah satu mantan anggota DPRD Kabupaten Ngada Selly Raga Tua hanya diduga sudah melakukan kritik terbuka kepada Bupati Ngada Marianus Sae, Selasa sekitar pukul 17.15 Wita (8/11/2011). Aksi pengepungan terjadi, dengan menggunakan 2 mobil dan belasan kendaraan roda dua. Pengepungan itu diselingi teriakan dan sumpah serapah serta makian terhadap Selly Raga Tua dan keluarga besarnya. Berdasarkan narasumber dilapangan yang enggan menyebutkan namanya, mengatakan situasi yang mencekam tersebut terjadi setengah jam, bukan hanya rumah Selly Raga saja yang didatangi namun juga rumah jabatan wakil ketua DPRD Ngada, Paulinus No Watu juga menjadi sasaran massa demonstran. Karena dianggap menyembunyikan Selly Raga. Lebih lanjut sumber itu mengatakan konsentrasi massa terpusat dari dalam rumah jabatan Bupati, lalu bergerak menuju lokasi pengepungan. Ia juga menambahkan bahwa mereka mendatangi rumah Selly Raga dengan menggunakan senjata tajam berupa parang. Salah satu oknum yang dikenal oleh sumber tersebut adalah Konstantinus Dake sopir Dump Truk ‘Diadora’.
Selang beberapa saat kemudian aparat Polres Ngada bergegas mengamankan kediaman Selly Raga serta memberi jaminan atas keselamatan dia dan keluarganya.
Malam itu juga Kapolres Ngada AKBP Daniel Yudo Ruhoro mendatangi rumah jabatan Wakil Ketua DPRD Ngada, Paulinus No Watu untuk menggali informasi lebih dalam atas kejadian yang telah dialami oleh Selly Raga beserta keluarga, didampingi oleh Kasat intel Moch Saleh. Saat itu juga Selly Raga beserta keluarga bertemu Kapolres. Selly Raga dalam pembicaraan intens dihadapan Kapolres mengatakan, saya sangat kecewa atas kejadian ini. Ia beralasan, massa pendemo sepertinya sangat leluasa menggunakan rumah jabatan Bupati Ngada untuk aktifitas yang ilegal dan bisa berdampak hukum. ‘Bupati Marianus kalau bisa menggunakan rumah jabatan untuk menampung koleganya untuk mendemo masyarakat’, kata Selly. Ia mengharapkan, agar pihak kepolisian harus netral dalam melihat fakta-fakta hukum yang ada. Polisi bukan politisi, yang artinya dalam menganalisa masalah selalu berdasarka persepsi, tegas Selly. Sedang Wakil Ketua DPRD Ngada Paulinus No Watu menyampaikan, sebuah pesan moril pada Bupati Ngada agar bisa melihat masalah ini dengan menggunakan akal sehat. “Jangan buang energi dan terjerumus dalam persoalan kecil, karena masih ada persoalan besar yang harus segera diatasi menyangkut kemaslatan rakyat Ngada”, kata Paulinus.
Berawal melakukan kritik terbuka melalui terhadap kebijakan Bupati Ngada menyangkut disiplin terhadap PNS saat sidak di salah kecamatan, rumah kediaman seorang mantan anggota DPRD Kabupaten Ngada Selly Raga Tua di Kelurahan Ngedukelu Kota Bajawa akhirnya dikepung dan dikerumuni massa simpatisan Bupati Ngada secara sporadis, Selly Raga menyesalkan terjadinya  peristiwa ini. Dalam ruang Demokrasi yang semestinya, kata Selly harus saling menghargai dalam sebuah perbedaan dan melihat perbedaan sebagai bahasa kasih untuk perubahan dan kemajuan daerah. Menurutnya berdasarkan informasi yang didapat massa yang sudah terkosentrasi bergerak dari rumah jabatan Bupati Ngada, menunjukkan bahwa demokrasi di Ngada sedang dipasung, ia menambahkan kunci demokrasi adalah bukan show of power atau melawan kritik dengan gaya-gaya premanisme. Tetapi bagaimana memposisikan instrumen demokrasi pada masing-masing tempat artinya jika ada sesuatu yang dianggap kurang berkenan mestinya melalui ranah hukum tidak perlu menggunakan kekuatan-kekuatan yang bersifat premanisme, tambah Selly. Ia mengatakan, Apalagi menghadirkan massa dan kabarnya ada dugaan digerakkan dari rumah jabatan kepala daerah, meski massa yang mengepung rumahnya secara spontan sudah melakukan aksi teror yang luar biasa dengan mengeluarkan kata kata ancaman caci maki serta sumpah kepada dirinya dan keluarga. Itu sudah mencederai demokrasi dan berdampak hukum.
Dari penelusuran  awal terjadinya pengepungan, wartawan sempat mengikuti arah mobilisasi massa, dari Desa Ubedolumolo ke arah Bajawa bahkan di ruas jalan Bosiko wartawan mendapati sebuah kendaraan dump truk yang berwarna kuning dihentikan ditengah jalan sehingga mengganggu pengendara lain yang lewat, wartawan juga mendapati belasan motor yang bersiap menuju rumah jabatan. Beberapa saat wartawan melintas di depan rumah jabatan Bupati, memang terdapat konsentrasi massa dalam jumlah yang cukup banyak. Dan dari situlah drama pengepungan berawal.
Kapolres Ngada  AKBP Daniel Yudo Ruhoro  kepada wartawan di ruang kerjanya Rabu (9/11/2011)  menjelaskan polisi sigap dan berhasil mengawal para demonstran yang pagi kemarin juga mendatangi Polres Ngada serta mengiring para demostran ke markas kepolisian kepolisian Kabupaten Ngada, dan dikumpulkan di Aula Polres untuk dialog. Menurut Kapolres  sejauh ini,  polisi sudah melakukan berbagai upaya untuk mengetahui motif demostrasi untuk sementara  diketahui  aksi demostrasi yang terjadi merupakan tindakan spontanitas keluarga kerabat dan kenalan bupati  yang merasa bupati telah dirugikan dalam peristiwa ini. Menurut Kapolres sebelum terjadi demostrasi Bupati Ngada sudah melakukan pengaduan ke Polres Ngada tentang perbuatan yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh pihak Selly Raga Tua cs terhadap bupati, demonstrasi ini terjadi ketika polisi sedang memproses delik pengaduan yang  disampaikan oleh Bupati Ngada, dilain pihak  AKBP Yudo juga membenarkan bahwa selain pegaduan dari Bupati Ngada, pihak Selly Raga membenarkan melaporkan balik tindakan premanisme yang dilakukan oleh simpatisan Bupati Ngada, kepada para demonstran Polres Ngada juga memberikan berbagai pencerahan hukum agar setiap persoalan tidak ditempuh dengan cara-cara emosional serta meminta untuk menyerahkan kepada pihak-pihak yang berkompeten menangani masalah ini. Menurut Kapolres jika kedua pihak bisa saling membuka diri untuk melakukan rekonsiliasi hubungan pihak kepolisian tidak menutup mata atas kemauan baik yang ingin dilakukan. “Siapapun yang tetap nekad melalukan pelanggaran hukum, Kami sikat”, tegas Kapolres dalam menutup pembicaraan dengan insan media.
Sejauh ini wartawan belum berhasil menemui pihak Bupati Ngada guna mengetahui duduk perkara dan inti permasalahan yang menyebabkan adanya gerakan sporadis massa dan satu hari sebelumnya mengepung rumah salah satu mantan anggota DPRD Kabupaten Ngada Selly Raga Tua.
Menurut salah satu narasumber yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, bahwa demonstransi yang terjadi di Polres Ngada kemarin (Rabu, 9/11/2011) tanpa ijin, yang sebenarnya berniat untuk menggagalkan demonstransi yang sejatinya hari itu juga akan ada demonstrasi yang resmi, yang akan dilakukan oleh salah suku menyangkut sengketa lahan di Zeu Kecamatan Golewa, serta sudah memasukan permohonan ijin beberapa saat yang lalu. Sumber tersebut juga mengatakan dalam hal ini polisi tidak boleh dijadikan tameng untuk pihak tertentu, namun harus mengedepankan netralitas serta profesionalisme dan reputasi Polres Ngada saat ini dipertaruhkan. (Mr P)

Tidak ada komentar: