Kamis, 29 Oktober 2009

Pos Polisi Harus Segera Dibangun di Perempatan Kantor Pos Bajawa


Bajawa, Warnas
Hasil pengamatan tim warnas minggu 18 Oktober 2009, tingkat kecelakan di perempatan ini makin hari makin tidak terkendali. Sesuai kenyataan di lapangan, justru keberadaan traffic light menjadi berbahaya karena kesadaran pengguna jalan dan pemakai kendaran bermotor tidak tertib lalu lintas. Dan celakanya lagi hanya patuh aturan lalin ketika polisi berjaga.
Hampir setiap pagi hari terlihat pecahan kaca berserakan, ini merupakan indikasi adanya kecelakaan pada malam hari. Sangat rawan, padahal lokasi ini berdekatan dengan kantor Bupati tentu saja hal ini mengurangi kenyamanan pemakai jalan karena takut ban bocor terkena pecahan kaca tersebut dan juga sering terjadi pelanggaran lajur jalan karena sering pemakai kendaraan melakukan potong jalan dari arah soa ke ruas jalan menuju pasar ikan. Dengan adanya pos polisi tentu saja khalayak umum merasa aman, baik mengurangi lakalantas dan tindakan criminal lainnya. Seperti yang kita ketahui bersama pos polisi di Kota Bajawa hanya ada SATU yakni di persimpangan Watujaji, mestinya pihak Dishub menyadari bahwa penegakkan hukum bisa berjalan tegak jika sarana dan prasarana lalu lintas memadai, yakni memperbanyak POS POLISI! (anto)

ADA APA DENGAN PDAM BAJAWA, KAB NGADA ?


ADA APA DENGAN PDAM BAJAWA, KAB NGADA ?
(Bereaksi Tanpa Aksi, Pengaduan Tanpa Sebuah Jawaban)

Bajawa, Warnas.
Air adalah sarana terpenting bagi kehidupan, bisa dibayangkan betapa tragisnya hidup ini seandainya tak dialiri air. Tentunya kering lalu MATI. Itulah fenomena yang terjadi di sekretariat LSM CERDAS BANGSA Kabupaten Ngada. Hampir genap satu bulan kering kerontang karena tidak mendapatkan jatah air dari PDAM.
Berulang kali melakukan pengaduan selalu tanpa tindak lanjut. Mengapa? Terlihat di bagian pengaduan sering terjadi komplain dari pelanggan PDAM. Pelayanan yang buruk muncul dari manajemen yang buruk. Terlebih lagi tiap-tiap karyawan bingung akan porsi kewenangannya. Bagian admin mengomentari soal teknis dan bagian teknis berkoar tentang system manajemen. Perusahaan daerah macam apa ini, ujar pelanggan PDAM yang bermukim di Lokosoro tanpa mau menyebut identitasnya. Ketika tim warnas melakukan konfirmasi selasa 20 Oktober 2009 pada karyawan bagian admin mereka mengatakan bahwa uang operasional kendaraan teknisi hanya mendapat jatah satu liter dalam sehari tentunya sangat tidak memadai. Tim juga mendapati meja kerja banyak yang kosong, ini menunjukkan tidak displinnya karyawan PDAM. Mapping instalansi tidak jelas sehingga bagian pengaduan sering asal asalan dalam memberikan sebuah informasi pada pelanggan PDAM. Ditambah lagi indikasi pungli oleh oknum teknisi kepada pelanggan menambah geram masyarakat Ngada. Sangat diharapkan wakil rakyat dalam hal ini DPRD terpilih untuk membentuk pansus guna melakukan audit pada PDAM guna tahu profit dan tidaknya perusahaan ini sehingga tidak melakukan pungli kepada masyarakat guna menutupi kerugian perusahaan daerah ini. Menurut Risdiyanto warga ngedukelu yang menjadi korban PDAM mengatakan bahwa dalam bulan lalu tidak setetespun air mengalir tetapi meteran menunjukkan lain dan dipaksa membayar layaknya pelanggan lainnya. PDAM = Perusahaan Daerah Air Modhe ?. Cukup sudah! Jangan sampai rakyat melakukan class action karena pelayanan yang buruk ini, ujar Risdiyanto dengan nada meninggi. “ Kita Menulis Karena Ingin Mengekspresikan Pikiran Kita, dan ketika menggunakan pikiran kita, kita menjadi pembangkang karena kita melihat ketidak adilan”. (Tim)

Dari Arena Pacuan Kuda Padhamaleda Turekisa ke Arena Politik PILKADA 2010 Kabupaten Ngada


Bajawa, Warnas
Rabu, 21 Oktober 2010 Tim Warnas berhasil menemui salah satu kandidat terkuat kandidat Bupati Ngada Marianus Sae di arena Pacuan Kuda Padhamaleda Desa Turekisa Kecamatan Golewa.
Dalam arena ini beliau menyatakan kesiapannya untuk bertarung dalam PILKADA tahun depan. Sebagai seorang praktisi sekaligus entrepreneur arti SIAP itu punya ukuran tersendiri baik secara logistic (financial), relation (relasi) dan mesin politik (dukungan Parpol). Marianus Sae yang juga sebagai ketua DPC PAN Kabupaten Ngada sempat memaparkan bahwasanya indicator kemajuan suatu daerah bukan dilihat dari gemuknya birakorasi (banyaknya PNS) melainkan berdayanya sector swasta. Alangkah bangga jika yang naik pesawat itu petani kopi, penjual ikan, peternak babi dan pedagang di pasar inpres jadi tidak menggeroti dana SPPD pemerintah daerah. Jika usahawan berjaya maka daerah itu berdaya sambung salah seorang pegawai bank BNI Bajawa yang tidak mau disebut namanya.

“ Kesiapan Marianus Sae untuk maju bertarung Pilkada 2010 dari tiga tahun yang lalu”, Agus Lobo (pengusaha Art Shop di Bali) menuturkan via telpon selulernya. Beliau juga mengatakan Marianus telah berbuat, memberi dan dan berkarya untuk rakyat.
Ketika Tim Warnas Turun ke Zeu Kecamatan Golewa, melihat ribuan tanaman jati emas di puluhan hektar lahan kritis didaerah itu. Berikut didirikannya sekolah gratis dari di tempat itu pula. Satu mahakarya yang monumental yang harus ditiru kandidat lain jika merasa berpihak kepada rakyat. Menurut Siprianus warga Loa, mestinya Zeu daerah produktif dengan lumbung berasnya harus memiliki infrastruktur yang memadai seperti jalan yang layak, jaringan listrik.
Pilkada adalah sarana untuk memilih pemimpin yang handal, tak sekedar berteori, hanya pandai beretorika, berkata tanpa tindakan dan yang lebih pilu selalu mengedepankan primordialisme daripada profesionalisme untuk membungkam RAKYAT NGADA. Saat ini diantara bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati 2010 – 2015 muncul saling klaim. Mereka menyatakan diri paling baik dan paling pantas memimpin Ngada ke depan. Dari permainan rakyat yang digemari Marianus Sae yakni “Pacuan Kuda” tercermin satu strategi pemberdayaan industri pariwisata sebagai event yang patut dikemas lebih apik dan memiliki nilai jual yang tinggi untuk menopang kalender pariwisata Ngada yang mungkin digagasnya. (anto)

Minggu, 11 Oktober 2009

Bercermin Diri! Berebut Tahta di Tanah Ngada

Bercermin Diri! Berebut Tahta di Tanah Ngada
(Waspadai Politik Hipokrit Menyongsong Pilkada 2010)

Hampir usai kepemimpinan Bupati Yos Nuwa Wea, seiring perjalanan waktu hitam putih kepemimpinannya menjadi celotehan banyak kalangan dan tidak sedikit pula yang memberi apresiasi jempol tentang kebijakan beliau. Menyikapi rekruitment bakal calon bupati dan wakil bupati menjelang pelaksanaan estafet kepemimpinan tentu tidak salah jika banyak kalangan memberi sumbangsih pemikiran agar kaderisasi pemimpin yang handal mampu muncul dan menjadi lokomotif bagi rakyat Ngada. Bersih, jujur dan cerdas tiga pilar kepribadian yang harus dimiliki seorang pemimpin walau dimata politisi tiga kata itu bisa dimaknai dengan berbagi arti. Tentu saja jika kita berpijak pada logika yang benar tentu dalam pencapaian permenungan (kontemplasi) politik kita bisa mendapatkan nilai yang positif dalam menyibak kalbu kekuasaan.
Pencitraan beberapa kandidat bupati telah dimulai, dari tipikal maling dalam birokrasi bersolek bak seorang nabi atau pahlawan kesiangan. Sah saja bila ada kalangan yang berujar bahwa manusia tak ada yang sempurna, tetapi tentu saja hal itu jangan menjadi apologia (pembelaan diri yang membabi buta). Tindakan dan ucapan ketidaksempurnaan sebagai calon pemimpin tentu lebih arif disampaikan khalayak sebagai bagian introspeksi politik agar setelah terpilih tidak mengulangi kesalahan yang sama atau lebih membabi buta. Bagi kalangan networking (NGO/LSM) isu kontrak politik mulai digulirkan agar bisa menjadi garansi kepemimpinan yang benar sesuai dengan program yang dijanjikan kepada rakyat. Untuk itu terdapat beberapa tawaran dalam kontrak politik dikalangan networking.
1. Bersedia melaporkan harta kekayaan kepada lembaga yang berwenang (BPKP) atau dan bersedia dipublikasikan kepada mass media.
2. Bersedia melakukan OPEN HOUSE sebulan sekali bagi kalangan LSM/NGO, akademisi dan khalayak umum.
3. Bersedia melakukan reformasi birokrasi secara totalitas, sehingga mampu menghasilkan pemerintah yang bersih (clean government)
4. Menumbuhkan semangat kewirausahaan yang berpihak pada ekonomi kerakyatan dengan memberikan konsep yang jelas dan siap direlease atau dipublish oleh mass media.
5. Mempunyai wawasan yang jelas tentang konsep pembangunan kabupaten Ngada, tentang apa dan bagaimana kabupaten Ngada kelak akan dibangun.
6. Memiliki visi dan misi melepaskan citra parasitisme birokrasi pemerintah kabupaten terhadap pemerintah pusat agar menumbuhkan kebijakan kreatif yang menguntungkan dalam berbagai dimensi dalam masyarakat Ngada.
7. Bersedia menyelesaikan kasus konflik perbatasan (khususnya masalah sambinasi) secara komprehensif.
8. Mempunyai komitmen yang kuat untuk membangun Ngada sebagai daerah yang terbuka, jauh dari kesan terisolasi, tertutup dan terbelakang dalam berbagai hal. Untuk itu pemimpin yang ideal memiliki wawasan untuk mengembangkan pembangunan infrastruktur yang berbasis IT.
9. Tidak sedang menghadapi kasus hukum baik perdata maupun pidana.
10. Calon Bupati harus berwawasan Pluralisme, mengedepankan profesionalisme dan tidak mempunyai background primordialisme yang dapat mengakibatkan konflik vertical maupun horizontal.
Sepuluh petisi ini tentunya menjadi prasyarat yang utama jika memang semua pihak berharap kelak Kabupaten Ngada bisa tampil selangkah lebih maju di mata Rakyat Indonesia. Atau kita memang sudah puas dengan kenyataan yang ada. Bahkan peta Ngada pun tak pernah ada yang tahu. Ironis !
Dalam jaman globalisasi kita harus mampu menjawab tantangan jaman, keberanian dan kesungguhan dalam mengambil kebijakan menjadi factor penentu. Dan tentu saja ini semua akan menjadi catatan sejarah bahwasanya terobosan berbagai elemen masyarakat mampu menyuguhkan perubahan yang signifikan bagi pembangunan kabupaten Ngada ke masa depan. Seorang pemimpin tidak harus selalu terlahir dari kaum birokrat, siapapun dia yang layak dan pantas boleh tampil diatas panggung kekuasaan asal rakyat Ngada menghendakinya.
Berbagai harapan berhembus pada momentum pilkada 2010 akan lahirnya pemimpin yang ideal untuk mengejar ketertinggalan pembangunan di kabupaten Ngada. Mari kita tunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa pilkada di Ngada bukan sandiwara kekuasaan. Melainkan sebuah proses yang penuh dinamika untuk melahirkan seorang PEMIMPIN. Merebut hati rakyat (to win the heart of the people) sah saja dan bisa dimengerti. Sebab dalam pilkada langsung, pilihan konstituenlah yang akan menentukan kemenangan kandidat. Semoga rakyat Ngada bisa memilih pemimpin yang benar…..

Penulis : Mikael Risdiyanto
Wartawan Warta Nasional / Ketua LSM Cerdas Bangsa Kab.Ngada